BAITUL MAAL
Berdirinya Baitul Maal Al-Ikhlash RW 03
Kelapa Gading Barat
Baitul Maal Attaqwa RW 05 KGB
Oleh: Dudi Akasyah
31
Januari 2012
Bermula di Tahun
2004
Sekitar tahun 2004, kami biasa berkumpul
dengan para pemuda dan remaja masjid. Kami mengkaji berbagai hal. Mengaji
bersama, mengadakan kegiatan-kegiatan, dan kegiatan lainnya. Kami sering
berkumpul di Masjid Arrohmah (Kavling C) dan Masjid Al-Ikhlas di Jalan P Galang
Kodamar.
Hampir setiap bertemu di masjid,
khususnya setelah shalat subuh, kami selalu mengadakan tausiyah, khususnya
tausiyah untuk kami diri sendiri. Setelah jam 06.00 kami pun kembali ke rumah
masing-masing, bersiap diri masuk ke kantor atau tempat pekerjaan
masing-masing.
Terjalinnya persahabatan dan silaturahmi
merupakan anugerah tersendiri bagi kami, paling tidak untuk meningkatkan
semangat bekerja, semangat berkarya, dan mencari ide-ide yang berguna bagi
masyarakat.
Ide Terbentuknya
Hingga pada suatu saat tercetuslah ide
bahwa kami akan mengeluarkan zakat yang dikumpulkan bersama rekan-rekan remaja
masjid. Kami kumpulkan bulan demi bulan. Kami juga silaturahmi dan menghubungi
Ketua RW yang ada di lingkungan masjid, untuk menanyakan ada berapa yatim yang
ada di lingkungan RW, kami juga bersiap untuk mendata siapa fakir miskin yang
ada di lingkungan tersebut.
Kami mulai menyantuni mustahik setiap
bulannya. Meskipun jumlah santunan sedikit namun kami sangat berbahagia. Kami
merasakan bahwa kami telah menjadi menusia yang dapat membantu, meskipun hanya
sedikit namun bagi kami hal itu merupakan modal awal untuk terus belajar,
ikhlas, berkreasi, dan mengasah ide dan aplikasi. Alhamdulillah, jumlah anggota baitul maal semakin banyak. Para
orang tua kami dan jamaah masjid banyak yang ikut bergabung sehingga kegiatan
pun semakin meriah.
Kemudian muncul ide untuk menyebarkan
kotak ke rumah-rumah Muslim di suatu RW, alasan kami: [1] Sebenarnya tetiap
warga ingin menyantuni yatim, dhuafa, dan syiar Islam yang ada di lingkungannya
namun mereka belum tahu bagaimana caranya. [2] Kami merasa tidak mampu jika
harus memberi besar, namun jika sedikit
tidak mencukupi [2] Uang recehan sisa belanja seringkali mubazir tercecer
percuma [3] Uang serupiah apabila digabungkan dengan rupiah warga lainnya maka
akan layak untuk memberi santunan
[4] Warga sangat ingin membantu yatim,
dhuafa, dan syiar Islam namun mereka tak mampu jika ditangani sendiri dan
menginginkannya bersama-sama/bergotong-royong. [5] Warga akan puas dan mudah
mengecek orang-orang yang mendapat santunan sebab mustahik adalah warganya
sendiri. [6] Warga sangat berharap agar ada penggerak untuk mewujudkan wadah
tersebut.
[7] Pengurusnya berasal dari warga /
jemaah masjid / remaja Islam dari kalangan mereka sendiri sehingga peka
terhadap kondisi warganya. [8] Membantu untuk menyemarakkan masjid dan
meringankan tugas-tugas pengurus RW khususnya dalam hal pengentasan kemiskinan
dan kreasi lainnya dalam lingkup syiar Islam.
Berkaitan Nama
Baitul Maal
Apa nama untuk program ini? Kami memberi
nama “Baitul Maal.”
Baitul Maal artinya bait yaitu rumah, wadah, gudang atau lembaga. Maal artinya kekayaan atau harta umat Islam yang diperoleh dari
zakat maal, infaq, atau sedekah. Dilihat dari sejarah Baitul Maal didirikan oleh Para Nabi, diteruskan oleh Nabi Muhammad
Saw, diteruskan oleh khalifah Abu Bakar Shiddiq ra dan seterusnya.
Apa yang menjadi alasan bagi kami
tentang penamaan “Baitul Maal.” Ada beberapa pertimbangan kami menamakan
kegiatan ini sebagai Baitul Maal.
[1] Untuk memperkenalkan dan
memasyarakatkan Baitul Maal sebagaimana yang disebutkan dalam syariat Islam
[2] Kami belum mampu mewujudkan baitul
maal dalam skala internasional sebagaimana yang diterapkan Nabi Muhammad SAW
dan Khulafaurasyidin, namun kami ingin memulainya meski dari lingkup RW. Bukankah
ada pepatah, mulai dari diri sendiri dan kelak akan melingkupi seluruhnya.
[3] Kami ingin bahwa Baitul Maal tidak
hanya dibahas dalam tataran teoritis tetapi sudah saatnya diwujudkan secara
praktik.
[4] Selama ini cenderung saat mendengar
Baitul Maal hanya sebatas kisah yang mengawang-awang, atau hanya sebatas sirah
nabawiyah yang tidak dapat membumi untuk saat ini; kami ingin menunjukan bahwa
Baitulmaal dapat membumi (down to earth) dan
aplikatif untuk masyarakat jaman sekarang.
[5] Kami melihat bahwa masjid merupakan
pusat kekuatan umat, di samping ibadah mahdzah (seperti shalat, dzikir) namun
juga berfungsi sebagai pusat ibadah ghair mahdzah (seperti membantu yatim,
dhuafa, dan kemaslahatan umat). Dengan kehadiran Baitul Maal di masjid maka
kami berharap bahwa masjid dapat menjadi sentral untuk ibadah mahdzah dan
ibadah ghairi mahdzah sebagaimana tersebut di atas.
[6] Mendirikan Baitul Maal tingkat RW
merupakan hal yang realistis jika dilihat dari kemampuan kami, untuk
selanjutnya jika program ini berhasil maka kami semakin terpacu untuk
mengembangkan kepada lingkup yang lebih luas, bahkan jika bisa mewujudkan
baitulmaal di muka bumi. Namun sekali lagi, hal itu harus dimulai dari hal
terkecil, dimulai dari diri sendiri, dimulai dari sekarang, katakanlah bisa dan
siap untuk bergerak.
Seluruh warga
Muslim dilibatkan
Setelah kami berkoordinasi dengan Ketua
Masjid dan Ketua RW maka kami pun menyebarkan kotak-kotak kecil ke rumah-rumah,
dilengkapi dengan surat edaran yang dilegalisasi oleh Ketua Masjid dan Ketua
RW. Di masing-masing kotak kami tempelkan tanda terima dan tujuan kegiatan.
Prediksi kami tepat bahwa ternyata
seluruh warga muslim sangat bersemangat dengan adanya kegiatan Baitul Maal.
Mereka menyambut sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa kita sebagai umat Islam
rindu dengan kepedulian, rindu untuk memperhatikan yatim, iba kepada tetangga
yang miskin, dan semangat memeriahkan syiar Islam.
Kita juga merasakan betapa semangat amal
ibadah yang dikerjakan bersama-sama. Betapa semangat sedekah yang dilakukan
secara bersama-sama.
Alhamdulillah
ibarat mata air, maka Baitul Maal
seperti mata air yang menjadi penawar kasih sayang dan kepedulian sesama warga
Muslim. Setiap bulannya Baitulmaal menyantuni kepada tiap yatim Rp 100.000 per
orang; dhuafa Rp 50.000 per orang; membeli kain kafan dan Rp 500.000 bagi warga
yang meninggal; pembinaan pengajian remaja; mendanai kegiatan-kegiatan Islam;
membantu korban musibah bencana alam; dan sebagainya. Kami berharap bahwa
bermula dari kegiatan ini kelak akan memberi manfaat yang lebih banyak lagi.
Seperti Putik
Sari yang Disebarkan Angin
Seperti putik sari yang disebarkan oleh
tiupan angin, kegiatan Baitulmaal telah berdiri di RW tetangga, yaitu Baitul
Maal Sub-Cabang Kelapa Gading Barat, Baitul Maal Assalam RW 09 KGB, BM Barokah
RW 01 KGB, dan BM Al-Islam RW 04 KGB.
Di Kelurahan tetangga yaitu Kelurahan
Pegangsaan Dua Kecamatan Kelapa Gading, telah berdiri Baitul Maal Roudhotul
Jannah RW 09, dan Baitul Maal Amanah Umat Pegangsaan Dua Kelapa Gading.
Rekan-Rekan
dalam Tim Baitul Maal
Kami mengundang kepada rekan-rekan yang
berminat untuk bergabung bersama kami. Melayani masyarakat, memberi kontribusi
kepada umat. Mewujudkan kebersamaan untuk beramal-salih. Apalah arti potensi
yang dimiliki jika tidak ada personel yang terlibat dalam kegiatan baitulmaal.
Kami berharap dan selalu berdoa semoga
rekan-rekan ikut bergabung dengan kami sehingga kekuatan untuk membangun umat
semakin bertambah. Masyarakat sudah memberi kepercayaan kepada baitulmaal maka
tugas kita adalah bagaimana supaya personel semakin bertambah sehingga tugas
dapat dipikul secara bersama-sama.
Alhamdulillah
rekan-rekan dalam tim baitulmaal
berjalan secara kompak, semangat, inspiratif, dan kreatif. Kami memohon kepada
Allah SWT semoga Allah mencurahkan berkah dan pahala yang banyak untuk kita
semua. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh warga yang telah
menjadi muzakki yang istiqamah semoga Allah memberi balasan yang lebih baik dan
lebih banyak kepada Bapak/Ibu/Saudara, amin
ya Robbal alamin.
*****
Kita sudah memulai Baitumaal sejak tahun
2004, dan alhamdulillah sampai tahun 2012 telah berkembang dan
semakin baik. Mudah-mudahan secara bertahap Baitul Maal dapat menyebar dari
satu wilayah ke wilayah lainnya. Kami mempunyai cita-cita bahwa kelak akan
berdiri baitul maal di seluruh RW se DKI Jakarta sehingga semua yatim, dhuafa,
dan syiar Islam di wilayah Jakarta dapat diperhatikan secara optimal. Satu hal
yang terpenting adalah kita harus memulai, kemudian amanah dan istiqamah, maka
Allah SWT akan memberi jalan keluar kepada kita untuk mewujudkan cita-cita
tersebut.
31 Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar